Setelah memasuki abad Masehi, Indonesia dengan India sudah menjalin hubungan dalam bidang perdagangan. Dalam hubungan tersebut masuk dan berkembang pula agama dan budaya India di Indonesia. Peristiwa tersebut membawa pengaruh yang sangat penting dan menandai berakhirnya zaman prasejarah di Indonesia dan memasuki zaman sejarah serta membawa perubahan dalam susunan masyarakat dan kebudayaan yang berkembang di Indonesia.
Unsur-unsur kebudayaan Hindu-Buddha dari India tersebut tidak secara menyeluruh ditiru oleh bangsa Indonesia, tetapi melalui proses akulturasi, sehingga terbentuk unsur kebudayaan baru yang lebih sempurna. Untuk memahami perkembangan pengaruh Hindu-Buddha di Indonesia, pelajarilah materi berikut!
A. Proses Masuknya Budaya India
Agama dan kebudayaan Hindu lahir pertama kali di India. Kebudayaan Hindu merupakan perpaduan antara kebudayaan Arya dari Asia Tengah dan kebudayaan asli India (bangsa Dravida). Pencampuran dua kebudayaan tersebut menghasilkan kebudayaan Weda, yang menjadi perintis kebudayaan dan agama Hindu.
Agama Hindu bersumber pada kitab Weda, yang terdiri dari empat samhita atau himpunan, yaitu sebagai berikut:
- Rigweda yang berisi syair pujian kepada dewa.
- Samaweda berisi nyanyian pujian kepada dewa pada saat upacara Rigweda.
- Yajurweda berisi doa-doa kepada dewa.
- Atharmaweda berisi mantra-mantra.
Struktur masyarakat Hindu di India dibagi menjadi beberapa lapisan atau golongan yang disebut dengan kasta. Jumlah kasta pada masyarakat Hindu di India ada empat tingkatan yang disebut Caturwarna, yaitu sebagai berikut:
- Kasta Brahmana terdiri dari para pendeta.
- Kasta Ksatria terdiri dari para raja dan bangsawan.
- Kasta Waisya terdiri dari para pedagang.
- Kasta Sudra terdiri dari para petani dan buruh
Pendapat tentang masuknya budaya India ke Indonesia terdapat beberapa teori, yaitu sebagai berikut.
- Teori Brahmana (dikemukakan oleh Van Leur), penyebaran agama Hindu dilakukan oleh kaum brahmana yang datang ke Indonesia atas undangan para pemuka masyarakat yang tertarik dengan agama Hindu dang mengajarkannya sehingga berkembang di Indonesia.
- Teori Ksatria, menyatakan bahwa proses masuknya Hindu ke Indonesia dibawa oleh kasta ksatria India yang melarikan diri ke Indonesia karena terjadi kekacauan politik di dalam negerinya.
- Teori Waisya (dikemukakan NJ. Krom), kasta waisya terdiri dari golongan pedagang. Mereka melakukan perdagangan ke luar negeri termasuk Indonesia. Para pedagang tidak hanya berdagang tetapi juga menyebarkan pengaruh agama dan budaya India.
- Teori Arus Balik (dikemukakan FDK. Bosch), penyebaran budaya India ke Indonesia dilakukan oleh para cendikiawan (golongan terdidik) dari Indonesia yang belajar ke India kemudian menyebarkannya kembali di Indonesia.
Masuknya agama dan kebudayaan Hindu-Buddha ke Indonesia melalui jalur perdagangan, yaitu jalur darat dan jalur laut.
1. Jalur Darat
Jalur laut dilakukan dengan menumpang para kalifah pada jalur sutera, yaitu dari India ke Tibet hingga sampai ke Cina, korea, dan Jepang. Ada juga yang melakukan perjalanan dari India Utara ke Bangladesh, Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya kemudian berlayar ke Indonesia.
2. Jalur Laut
Jalur laut dilakukan dengan mengikuti rombongan pedagang dari Asia Selatan ke Asia Timur. Rute ini dimulai dari India menuju Myanmar, Thailand, Semenanjung Malaya, Indonesia, Kamboja.
Para pedagang yang datang dan menetap di Indonesia itu pada umumnya tinggal di daerah pantai, sedangkan para Brahmana/pendeta tinggal di istana bersama sebagai penasehat raja. Para pendeta membawa pengaruh di bidang penyelenggaraan upacara agama, mengatur kerajaan dan penyelenggaraan upacara kenegaraan.
Agama Buddha diajarkan oleh Sidharta Gautama di India pada tahun 531 SM. Buddha artinya orang yang telah sadar dan ingin melepaskan diri dari samsara. Kitab suci agama Buddha yaitu Tripitaka artinya keranjang yang berisi sebagai berikut.
- Winayapittaka: berisi peraturan-peraturan dan hukum yang harus dijalankan oleh umat Buddha.
- Sutrantapittaka: berisi wejangan-wejangan atau ajaran dari sang Buddha.
- Abhidarmapittaka: berisi penjelasan tentang soal-soal keagamaan.
Pemeluk Buddha wajib melaksanakan Tri Dharma atau "Tiga Kebaktian" yaitu sebagai berikut.
- Buddha, yaitu berbakti kepada Buddha.
- Dharma, yaitu berbakti kepada ajaran-ajaran Buddha.
- Sangga, yaitu berbakti kepada pemeluk-pemeluk Buddha.
Oleh karena munculnya berbagai penafsiran dari ajaran Buddha, akhirnya menumbuhkan dua aliran dalam agama Buddha yaitu sebagai berikut.
- Buddha Hinayana, yaitu setiap orang dapat mencapai nirwana atas usahanya sendiri.
- Buddha Mahayana, yaitu orang dapat mencapai nirwana dengan usaha bersama dan saling membantu.
B. Pelaksanaan Kebudayaan Hindu-Buddha Di Indonesia
Sikap aktif diterapkan bangsa Indonesia terhadap kebudayaan dari luar, artinya kebudayaan asing yang masuk ke Indonesia di pilah dan disesuaikan dengan kepribadian bangsa Indonesia. Oleh karena itu, setelah agama dan kebudayaan Hindu-Buddha masuk ke Indonesia terjadilah akulturasi. Perwujudan akulturasi antara kebudayaan Hindu-Buddha dengan kebudayaan Indonesia antara lain sebagai berikut.
1. Seni Bangunan
Wujud akulturasi seni bangunan terlihat pada bangunan candi. Salah satu contohnya adalah Candi Borobudur yang merupakan perpaduan kebudayaan Buddha yang berupa patung dan stupa dengan kebudayaan asli Indonesia, yakni punden berundak (budaya Megalitikum).
2. Seni Rupa dan Seni Ukir
Akulturasi di bidang seni rupa dan seni ukir terlihat pada Candi Borobudur yang berupa relief Sang Buddha Gautama (pengaruh dari Buddha) dan relief perahu bercadik, perahu besar tidak bercadik, perahu lesung, perahu kora-kora, dan rumah panggung yang di atapnya ada burung bertengger (asli Indonesia). Disamping itu, ragam hias pada candi-candi Hindu-Buddha dan motif-motif batik yang merupakan perpaduan seni India dan Indonesia.
3. Aksara dan Seni Sastra
Pengaruh Hindu-Buddha salah satunya menyebabkan bangsa Indonesia memperoleh kepandaian membaca dan menulis aksara, yaitu huruf Pallawa dan bahasa Sanskerta. Kepandaian baca tulis akhirnya membawa perkembangan dalam seni sastra. Misalnya, cerita Mahabarata dari Ramayana berakulturasi menjadi wayang "Purwa" karena wayang merupakan kebudayaan asli Indonhaesia. Demikian juga kitab Mahabarata dan Ramayana digubah menjadi Hikayat Perang Pandawa Jaya dan Hikayat Sri Rama, dan Hikayat Maharaja Rahwana. Dalam pertunjukan pewayangan yang merupakan kebudayaan asli Indonesia, isi ceritanya dari India yang bersumber pada kitab Mahabarata dan Ramayana. Munculnya Punakawan, seperti Semar, Gareng, Petruk, dan Bagong adalah penambahan bangsa Indonesia sendiri. Ragam hias pada wayang purwa adalah akulturasi seni India dan Indonesia.
4. Sistem Pemerintah
Di bidang pemerintah dengan masuknya pengaruh Hindu maka muncul pemerintahan yang dipegang oleh raja. Semula pemimpinnya adalah kepala suku yang dianggap mempunyai kelebihan dibandingkan warga lainnya (primus interpares). []
Share this Article
0 komentar :