Perbedaan Kesetaraan dan Harmonisasi Sosial (Bagian 2)

05 March 2020 : 8:50 PM

0 komentar

Ilustrasi oleh Ikon
Setelah sebelumnya membahas mengenai diferensiasi yang bersifat horizontal yang terdiri dari perbedaan ras, suku bangsa/etnik, jenis kelamin/gender, agama, profesi, klan. Maka materi yang selanjutnya tentang perbedaan kesetaraan dan harmonisasi sosial adalah stratifikasi sosial. Berbeda dengan diferensiasi sosial yang bersifat horizontal yang diartikan sebagai kesetaraan di dalam kehidupan masyarakat, maka dalam stratifikasi sosial diartikan sebagai sebuah tingkatan atau lapisan yang tidak dapat dipisahkan di dalam masyarakat dan digambarkan secara vertikal. 

Stratifikasi Sosial

Kata stratifikasi diambil dari kata stratum yang berarti lapisan. Banyak para ahli yang mendefinisikan mengenai stratifikasi sosial di antaranya Max Weber yang mengatakan bahwa stratifikasi sosial adalah penggolongan orang-orang yang termasuk dalam suatu sistem sosial tertentu ke dalam lapisan-lapisan hierarklis menurut dimensi kekuasaan atau revelage dan prestise. Sedangkan menurut Pitirim Sorokin mendefinisikan bahwa stratifikasi sosial adalah pembedaan penduduk/masyarakat ke dalam kelas-kelas yang tersusun secara bertingkat.


Faktor stratifikasi sosial dibedakan menjadi dua yang pertama faktor yang bersifat kudroti yang dilihat dari tua muda, besar kecil, tinggi pendeknya seseorang, dan faktor yang bersifat kultural yang dilihat dari perbedaan pendidikan, kekayaan, kemampuan, dll.

Terbentuknya stratifikasi sosial terjadi dengan sendirinya, sejak manusia pertama di bumi maka saat itulah stratifikasi terbentuk. Ada dua macam terbentuknya stratifikasi sosial di antaranya: 
  1. Terjadi dengan sendirinya berdasarkan tingkatan sosial, jenis kelamin, kepandaian, keluarga pemimpin, harta kekayaan.
  2. Terbentuk secara disengaja dengan menentukan kedudukan melalui upacara pengangkatan atau pelantikan, pemberian tanda atau lambang kedudukan, dan kekuasaan dan wewenang.

A. Sifat Stratifikasi Sosial

Ilustrasi oleh Aris
1. Sifat Stratifikasi Tertutup

Stratifikasi sosial tertutup yaitu tertutupnya kemungkinan seseorang untuk melakukan mobilitas sosial secara vertikal. Ini dapat dijumpai pada masyarakat Hindu Bali yang mengenal sistem kasta, pada masyarakat Hindu Bali mereka terbagi menjadi empat golongan yaitu brahmana, ksatria, waisya, dan sudra, dari ke empat golongan tersebut, seseorang tidak serta merta termasuk golongan brahmana kecuali seseorang tersebut dilahirkan di dalam keluarga dengan kasta brahmana.

Artinya dalam stratifikasi tertutup, seseorang tidak bisa melakukan mobilitas sosial secara vertikal disebabkan oleh adanya sekat-sekat yang menghalangi seseorang untuk berpindah lapisan. Sekat-sekat yang membatasi seseorang untuk melakukan mobilitas sosial dikarenakan faktor-faktor yang membatasi seseorang untuk berpindah seperti, faktor agama yang membedakan seseorang menurut kasta, budaya yang terlalu ketat dalam penggunaannya, masyarakat yang masih menggunakan faham feodal (kerajaan) dsb.

2. Sifat Stratifikasi Terbuka

Stratifikasi sosial terbuka yaitu terbukanya seseorang untuk melakukan mobilitas sosial secara vertikal. Ini dapat dijumpai pada masyarakat yang menganut sistem demokrasi, di mana masyarakat mempunyai kesempatan selebar-lebarnya untuk melakukan mobilitas sosial secara vertikal atau dapat dikatakan bahwa seseorang mempunyai kesempatan untuk berpindah dari lapisan bawah ke lapisan atas dan sebaliknya.

3. Sifat Stratifikasi Sosial Campuran

Stratifikasi sosial campuran yaitu kombinasi antara stratifikasi sosial tertutup dan statifikasi sosial terbuka, di mana seseorang terikat kepada suatu lapisan yang mempunyai sekat-sekat atau pembatas yang masih digunakan oleh kelompok masyarakat tertentu. Namun, seseorang itu masih bisa melakukan mobilitas sosial secara vertikal di masyarakat.

Sifat jenis ini dapat ditemukan pada masyarakat Hindu Bali di mana seseorang dari kasta atau lapisan sudra dapat menjadi seseorang yang kaya raya, atau menjadi pejabat pemerintah walaupun pada kenyataannya dia adalah seseorang dari lapisan rendah dalam agama Hindu. Namun, seseorang itu tidak bisa merubah status kastanya walaupun dia sudah termasuk ke dalam lapisan paling atas, artinya seseorang itu masih dianggap lapisan bawah walaupun sudah menjadi orang yang kaya raya.

B. Dasar-Dasar Stratifikasi Sosial


Menurut Soejono Soekanto dasar-dasar statifikasi sosial dibagi menjadi empat dasar antara lain:
  1. Kekayaan
  2. Kehormatan/kerukunan Ilmu pengetahuan/pendidikan
  3. Kekuasaan

C. Sistem Stratifikasi Sosial di Indonesia

1. Sistem Stratifikasi Dalam Masyarakat Pertanian

Berdasarkan kepemilikan tanah di tanah Jawa


Cikal bakal adalah orang yang pertama membuka lahan

Kuli kenceng adalah orang yang memiliki banyak tanah

Kuli kendo adalah orang yang memiliki lahan sedikit tetapi mencukupi

Buruh tani adalah orang yang memperkerjakan lahan pertanian

Berdasarkan kriteria ekonomi


Lapisan I: kaum elit (memiliki cadangan pangan dan pengembangan usaha)

Lapisan II: orang yang memiliki cadangan pangan saja

Lapisan III: orang yang tidak memiliki cadangan pangan dan usaha

2. Sistem Stratifikasi Sosial Dalam Masyarakat Feodal


Masyarakat Surakarta dan Yogyakarta

3. Sistem Stratifikasi Sosial Zaman Belanda


4. Sistem Stratifikasi Sosial Zaman Jepang


5. Sistem Stratifikasi Sosial Pada Zaman Industri Modern



D. Bentuk-Bentuk Stratifikasi Sosial

1. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Ekonomi

- Kekayaan

- Penghasilan

- Jenis pekerjaan (Aktivitas pekerjaan)

2. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Sosial

- Kehormatan

- Ilmu pengetahuan/Pendidikan

- Keahlian/Keterampilan

-Ketaqwaan/Kesalehan

Yang mengelompokan masyarakat menurut nilai, status sosial adalah tinggi rendahnya status/kedudukan seseorang ditunjukan oleh tingkat penghormatan (Keseganan) warga masyarakat terhadapnya.

3. Stratifikasi Sosial Berdasarkan Kriteria Politik

Berdasarkan tingkat kekuasaan yang dimilikinya dan wewenangnya, pola-pola kekuasaan menurut Robert Moc. Iver sebagai berikut:

Tipe Kasta

Garis Kaku dan Tegas tidak bisa ditembus, tidak mungkin terjadi mobilitas sosial secara vertikal. Alasan mengapa dalam stratifikasi sosial tipe kasta seseorang tidak bisa melakukan mobilitas sosial secara vertikal dikarenakan terdapat sekat-sekat atau pembatas yang menghalangi seseorang untuk melakukan mobilitas secara vertikal.

Tipe Oligarkis

Garis tidak terlalu tegas kecuali garis raja, dalam stratifikasi sosial tipe oligarkis seseorang bisa melakukan mobilitas sosial secara vertikal. Namun, hanya pada batas yang sudah ditentukan, artinya pada tingkat atau lapisan paling atas, seseorang tidak bisa melakukan mobilitas sosial secara vertikal lagi, karena dibatasi oleh lapisan keluarga kerajaan dan bangsawan yang cukup sulit untuk ditembus oleh semua orang.

Tipe oligarkis ini banyak ditemui pada masyarakat yang menganut sistem monarki konstitusional seperti Britania Raya

Tipe Demokratis

Pada stratifikasi sosial tipe demokratis, seseorang bebas melakukan mobilitas sosial secara vertikal dari lapisan bawah ataupun dari lapisan atas, semua orang berhak menjadi pemimpin walaupun bukan dari golongan atas, artinya pada tipe ini tidak lagi melihat dari keturunan atau dari status sosial yang dimilikinya tetapi melihat dari kemampuan yang dapat ia perlihatkan di masyarakat.
Share this Article
< Previous Article
Next Article >

0 komentar :

Copyright © 2021 Pintar Ips - All Rights Reserved
Version 2.1