Bait 1: Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung.
Bait 2-6: Pujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu .
Bait 7: Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa
Bait 8-9: Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung.
Bait 10-11: Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha)
Bait 12: Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang.
2. Prasasti Balitung (Matyaasih)
Prasasti ini dibuat oleh Raja Balitung dan ditemukan di Desa Matyaasih di daerah kedu dan berangka tahun 907 M. Pada prasasti ini menjelaskan silsilah Dinasti Sanjaya (Keturunan Sanjaya).
Isi Prasasti Balitung (Matyaasih)
Desa Mantyasih ditetapkan menjadi desa perdikan (daerah bebas pajak)
Mengenai silsilah dari raja raja kerajaan Mataram
- Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya,
- Sri Maharaja Rakai Panangkaran,
- Sri Maharaja Rakai Panunggalan,
- Sri Maharaja Rakai Warak,
- Sri Maharaja Rakai Garung,
- Sri Maharaja Rakai Pitakan,
- Sri Maharaja Rakai Kayuwangi,
- Sri Maharaja Rakai Watuhumalang,
- Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Dharmmodaya Mahasambhu.
3. Prasasti Kalasan
Prasasti Kalasan ditemukan di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta berangka tahun 776 M, pada prasasti ini menerangkan bahwa pada abad ke-8 dan ke-9 M telah terjalin kerukunan umat beragama antara Hindu-Budha dibuktikan dengan Sri Maharaja Rakai Panangkaran yang membolehkan pendirian bangunan suci bagi Dewi Tara oleh Dinasti Syailendra, pada saat itu kedudukan Dinasti Sanjaya sebagai pemegang kendali atas Kerajaan Mataram Kuno masih tetap diakui.
Isi Prasasti Kalasan
- Hormat untuk Bhagavatī Ārya Tārā setelah melihat makhluk-makhluk di dunia yang tenggelam dalam kesengsaraan, ia menyeberangkan (dengan) Tiga Pengetahuan yang benar, Ia Tārā yang menjadi satu-satunya bintang pedoman arah di dunia dan (tempat) dewa-dewa.
- Sebuah bangunan suci untuk Tārā yang indah benar-benar telah disuruh buat oleh guru-guru raja Śailendra, setelah memperoleh persetujuan Mahārāja Dyāh Pancapana Panamkarana,
- Dengan perintah guru, sebuah bangunan suci untuk Tārā telah didirikan, dan demikian pula sebuah bangunan untuk para bhiksu yang mulia ahli dalam ajaran Mahāyana, telah didirikan oleh para ahli,
- Bangunan suci Tārā dan demikian juga itu (bangunan) milik para bhiksu yang mulia telah disuruh dirikan oleh para pejabat raja, yang disebut Pangkur, Tawan, dan Tirip.
- Sebuah bangunan suci Tārā telah didirikan oleh guru-guru raja Śailendra di kerajaan Permata Wangsa Śailendra yang sedang tumbuh,
- Mahārāja Panangkarana mendirikan bangunan suci Tārā untuk menghormati guru pada tahun Śaka yang telah berjalan 700 tahun,
- Desa bernama Kalasa telah diberikan untuk Samgha setelah memanggil para saksi orang-orang terkemuka penguasa desa yaitu Pangkur, Tawan, Tirip,
- Sedekah “bhura” yang tak ada bandingannya diberikan untuk Sangha oleh “raja yang bagaikan singa” (rājasimha-) oleh raja-raja dari wangsa Śailendra dan para penguasa selanjutnya berganti-ganti
- Oleh para Pangkur dan pengikutnya, sang Tawan dan pengikutnya, sang Tirip dan pengikutnya, oleh para prajurit, dan para pemuka agama, kemudian selanjutnya,
- “Raja bagaikan singa” (rājasimhah) minta berulang-ulang kepada raja-raja yang akan datang supaya Pengikat Dharma agar dilindungi oleh mereka yang ada selama-lamanya
- Baiklah, dengan menghibahkan wihara, segala pengetahuan suci, Hukum Sebab Akibat, dan kelahiran di tiga dunia (sesuai) ajaran Buddha, dapat dipahami.
- Kariyana Panangkarana minta berulang-ulang kepada yang mulia raja-raja yang akan datang senantiasa melindungi wihara yang penting ini sesuai peraturan.
4. Prasasti Kelurak
Prasasti ini ditemukan di Desa Kelurak, berangka tahun 782 M, menerangkan bahwa raja yang bernama Indra membuat bangunan suci dan arca Manjusri, menggunakan huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta.
5. Prasasti Karangtengah (Kayumwungan)
Prasasti ini ditemukan di Dusun Karangtengah, Kabupaten Temanggung, merupakan prasasti dari Dinasti Syailendra yang menerangkan bahwa Raja Samaratungga mendirikan bangunan suci di Wenuwana, atau candi Ngawen, Magelang. Disebutkan pula bahwa putrinya Pramodhawardani membebaskan pajak tanah di sekitar bangunan suci untuk pemeliharaan di Bumisambhara atau Candi Borobudur. Candi Borobudur di bangun pada masa pemerintahan Samaratungga, sebagai arsiteknya adalah Gunadharma.
Berita dari China (Tiongkok) dan Cerita Parahyangan.
0 komentar :