Sumber Sejarah Keberadaan Kerajaan Mataram Kuno

21 April 2021 : 9:28 PM

0 komentar


Peradaban manusia setelah kedatangan Hindu-Budha di tanah Jawa banyak meninggalkan berbagai bukti mengenai kehidupan masyarakat Jawa Kuno kala itu, berbagai kerajaan silih berganti dalam memegang kekuasaan, setelah Kerajaan Kalingga di utara Jawa memudar pengaruhnya, Kerajaan Mataram di bawah kendali dua dinasti memegang kendali atas tanah Jawa kala itu.

Mataram Kuno atau bisa disebut juga dengan Medang merupakan sebuah kerajaan yang bercorak Hindu-Budha, berdiri sekitar abad ke-8 hingga 10 M, tetapi sejarah panjang Kerajaan Mataram Kuno dapat di lihat dari abad ke-6 M, berbagai bukti yang menunjukkan bahwa kerajaan ini pernah berdiri masih dapat kita pelajari hingga saat ini.

Berbagai sumber yang turut menceritakan kerajaan ini bisa di lihat dengan ditemukannya berbagai prasasti yang mengungkapkan kerajaan ini. 

1. Prasasti Canggal

Prasasti ini pertama kali ditemukan di Desa Canggal, Gunung Wukir, Magelang berangka tahun 732 M. Pada prasasti ini menggunakan huruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta, menerangkan Raja Sanjaya mendirikan sebuah lingga di bukit Kunjarakunja untuk menerangkan bahwa pada saat itu Jawa kaya akan padi dan emas. Kerajaan Mataram Kuno pada saat itu diperintah oleh Raja Sanna, memerintah dengan bijaksana dalam waktu yang cukup lama. Setelah meninggal dunia, kerajaan terpecah karena kehilangan pelindungnya, sebagai penggantinya, Sanjaya saudara perempuan Sanna bernama Sanaha. Raja Sanjaya menciptakan kemakmuran bagi rakyatnya. Prasasti ini juga menerangkan bahwa Kerajaan Mataram Kuno berdiri pada abad ke-8 M, oleh karenanya Raja Sanjaya dianggap sebagai pendiri dari Kerajaan Mataram Kuno dan beragama Hindu Syiwa.

Isi Prasasti Canggal

Bait 1: Pembangunan lingga oleh Raja Sanjaya di atas gunung. 
Bait 2-6: Pujaan terhadap Dewa Siwa, Dewa Brahma, dan Dewa Wisnu .
Bait 7: Pulau Jawa yang sangat makmur, kaya akan tambang emas dan banyak menghasilkan padi. Di pulau itu didirikan candi Siwa demi kebahagiaan penduduk dengan bantuan dari penduduk Kunjarakunjadesa 
Bait 8-9: Pulau Jawa yang dahulu diperintah oleh raja Sanna, yang sangat bijaksana, adil dalam tindakannya, perwira dalam peperangan, bermurah hati kepada rakyatnya. Ketika wafat Negara berkabung, sedih kehilangan pelindung. 
Bait 10-11: Pengganti raja Sanna yaitu putranya bernama Sanjaya yang diibaratkan dengan matahari. Kekuasaan tidak langsung diserahkan kepadanya oleh raja Sanna tetapi melalui kakak perempuannya (Sannaha) 
Bait 12: Kesejahteraan, keamanan, dan ketentraman Negara. Rakyat dapat tidur di tengah jalan, tidak usah takut akan pencuri dan penyamun atau akan terjadinya kejahatan lainnya. Rakyat hidup serba senang.

2. Prasasti Balitung (Matyaasih)

Prasasti ini dibuat oleh Raja Balitung dan ditemukan di Desa Matyaasih di daerah kedu dan berangka tahun 907 M. Pada prasasti ini menjelaskan silsilah Dinasti Sanjaya (Keturunan Sanjaya). 

Isi Prasasti Balitung (Matyaasih)

Desa Mantyasih ditetapkan menjadi desa perdikan (daerah bebas pajak) 
Mengenai silsilah dari raja raja kerajaan Mataram

  1. Rakai Mataram Sang Ratu Sanjaya,
  2. Sri Maharaja Rakai Panangkaran,
  3. Sri Maharaja Rakai Panunggalan,
  4. Sri Maharaja Rakai Warak,
  5. Sri Maharaja Rakai Garung,
  6. Sri Maharaja Rakai Pitakan,
  7. Sri Maharaja Rakai Kayuwangi,
  8. Sri Maharaja Rakai Watuhumalang,
  9. Sri Maharaja Rakai Watukura Dyah Dharmmodaya Mahasambhu.

3. Prasasti Kalasan 

Prasasti Kalasan ditemukan di Kecamatan Kalasan, Sleman, Yogyakarta berangka tahun 776 M, pada prasasti ini menerangkan bahwa pada abad ke-8 dan ke-9 M telah terjalin kerukunan umat beragama antara Hindu-Budha dibuktikan dengan Sri Maharaja Rakai Panangkaran yang membolehkan pendirian bangunan suci bagi Dewi Tara oleh Dinasti Syailendra, pada saat itu kedudukan Dinasti Sanjaya sebagai pemegang kendali atas Kerajaan Mataram Kuno masih tetap diakui. 

Isi Prasasti Kalasan

  1. Hormat untuk Bhagavatī Ārya Tārā setelah melihat makhluk-makhluk di dunia yang tenggelam dalam kesengsaraan, ia menyeberangkan (dengan) Tiga Pengetahuan yang benar, Ia Tārā yang menjadi satu-satunya bintang pedoman arah di dunia dan (tempat) dewa-dewa.
  2. Sebuah bangunan suci untuk Tārā yang indah benar-benar telah disuruh buat oleh guru-guru raja Śailendra, setelah memperoleh persetujuan Mahārāja Dyāh Pancapana Panamkarana,
  3. Dengan perintah guru, sebuah bangunan suci untuk Tārā telah didirikan, dan demikian pula sebuah bangunan untuk para bhiksu yang mulia ahli dalam ajaran Mahāyana, telah didirikan oleh para ahli,
  4. Bangunan suci Tārā dan demikian juga itu (bangunan) milik para bhiksu yang mulia telah disuruh dirikan oleh para pejabat raja, yang disebut Pangkur, Tawan, dan Tirip.
  5. Sebuah bangunan suci Tārā telah didirikan oleh guru-guru raja Śailendra di kerajaan Permata Wangsa Śailendra yang sedang tumbuh,
  6. Mahārāja Panangkarana mendirikan bangunan suci Tārā untuk menghormati guru pada tahun Śaka yang telah berjalan 700 tahun,
  7. Desa bernama Kalasa telah diberikan untuk Samgha setelah memanggil para saksi orang-orang terkemuka penguasa desa yaitu Pangkur, Tawan, Tirip,
  8. Sedekah “bhura” yang tak ada bandingannya diberikan untuk Sangha oleh “raja yang bagaikan singa” (rājasimha-) oleh raja-raja dari wangsa Śailendra dan para penguasa selanjutnya berganti-ganti
  9. Oleh para Pangkur dan pengikutnya, sang Tawan dan pengikutnya, sang Tirip dan pengikutnya, oleh para prajurit, dan para pemuka agama, kemudian selanjutnya,
  10. “Raja bagaikan singa” (rājasimhah) minta berulang-ulang kepada raja-raja yang akan datang supaya Pengikat Dharma agar dilindungi oleh mereka yang ada selama-lamanya
  11. Baiklah, dengan menghibahkan wihara, segala pengetahuan suci, Hukum Sebab Akibat, dan kelahiran di tiga dunia (sesuai) ajaran Buddha, dapat dipahami.
  12. Kariyana Panangkarana minta berulang-ulang kepada yang mulia raja-raja yang akan datang senantiasa melindungi wihara yang penting ini sesuai peraturan.

4. Prasasti Kelurak 

Prasasti ini ditemukan di Desa Kelurak, berangka tahun 782 M, menerangkan bahwa raja yang bernama Indra membuat bangunan suci dan arca Manjusri, menggunakan huruf Pranagari dan bahasa Sanskerta. 

5. Prasasti Karangtengah (Kayumwungan)

Prasasti ini ditemukan di Dusun Karangtengah, Kabupaten Temanggung, merupakan prasasti dari Dinasti Syailendra yang menerangkan bahwa Raja Samaratungga mendirikan bangunan suci di Wenuwana, atau candi Ngawen, Magelang. Disebutkan pula bahwa putrinya Pramodhawardani membebaskan pajak tanah di sekitar bangunan suci untuk pemeliharaan di Bumisambhara atau Candi Borobudur. Candi Borobudur di bangun pada masa pemerintahan Samaratungga, sebagai arsiteknya adalah Gunadharma. 

Berita dari China (Tiongkok) dan Cerita Parahyangan.


Share this Article
< Previous Article
Next Article >

0 komentar :

Copyright © 2021 Pintar Ips - All Rights Reserved
Version 2.1